Mongunom Tian, Prosesi Adat 7 Bulanan di Buol

Buol356 Dilihat

Inisulawesi.com, BUOL – Mongunom Tian adalah ritual keselamatan tujuh bulanan agar kelak ibu dan bayi sehat

dalam masa kehamilan, dan selamat sampai waktu kelahiran dan tidak mendapat musibah yang
tidak diinginkan pada proses kelahiran tersebut.

Dilansir Media ini dari berbagai sumber, dibalik upacara mongunom tian, secara psikologis akan memberikan pegangan bagi sang ibu dan seluruh kerabat keluarga untuk tetap sabar dan kuat dalam menghadapi hal-hal yang sangat
kritis dalam kurun waktu sembilan bulan dalam masa kehamilan.

Hal ini juga merupakan sebuah dorongan dan motivasi bagi sang ibu bahwa ketenangan senantiasa melekat dalam jiwanya selama mengandung bayi.

Sebelum pelaksanaan upacara adat Mongunom Tiyano dilaksanakan, terlebih dahulu
disiapkan bahan atau perlengkapan upacara, yaitu: Natun Manuko (telur ayam), Minako Bajo (sejenis minyak), pare ilagi (beras yang diberi aneka warna), Umbato Bokungo (tikar yang terbuat
dari daun pandan), BuyoenoYuguto (tempat melekatnya buah pinang), Yaing Huyu (daun siri),
Tilono (kapur untuk makan pinang), Mamaano (wadah untu meludah saat makan pinang), Kaingo Pitu Noyagiano (kain panjang tuju warna), Kuringga Tongoyae (kelapa muda), Yaeno
Yuguto (pucuk pinang tempat melekat buah pinang), tetembu (gayung tujuh buah), Embero (ember tujuh buah), Tobongo (jala ikan), Yaingo Yuri Agu Tabongo (jenis dedaunan yang beraneka
warna).

Dalam pelaksanaan upacara adat Monuni, bahan- bahan yang disiapkan merupakan
gambaran dari asal usul keturunan atau kejadian diri seperti awal mulanya terjadi asal usul suku Buol di Gunung Pogogul, dalam istilah suku Buol Pogoguyo, (Alimin, 2018).

Dalam upacara mongunom tian, ibu hamil (ta buyobuyoto) dibaringkan, kemudian
pemimpin adat akan mengambil natu (telur ayam) yang sebelumnya akan dicelupkan di minak
bongo (minyak kelapa), kemudian ditempelkan diperut ibu hamil sambil membaca mantra (pogile du’a iiko mo sayamato, diila mosusah mo nganako, agu anakumo mo sayamato: semoga engkau
selamat, diberi kemudahan dalam persalinan dan anak yang engkau lahirkan akan selamat).

Menempelkan telur akan dilakukan berulang-ulang oleh orang yang dianggap tua atau yang telah ditunjuk oleh keluarga. Setelah menempelkan telur selesai, maka akan dilanjutkan dengan prosesi mongorioko tiano (menggerakkan perut).

Mongorioko tiano dilakukan dengan cara ta buyobuyoto (ibu hamil) dalam keadaan terlentang kemudian dimasukan kaingo (kain panjang tujuh warna) di tengah-tengah perut atau di atas penggang, kemudian pimpinan adat memegang kedua ujung kain tersebut dan diayunkan secara perlahan atau ditarik dari atas ke bawah secara perlahan hingga bergoyanglah perut ibu hamil. Ritual ini dilakukan secara bergantian oleh orang yang telah ditunjuk keluarga. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *