Etika Pembangunan: Warisan Abadi vs. Proyek Instan

Buol, Opini106 Dilihat

Menilik kembali sejarah, kita masih bisa menyaksikan jejak nyata peradaban yang agung melalui arsitektur yang ditinggalkannya. Peradaban Yunani Klasik, dengan Acropolis, Parthenon, dan Stoa yang masih tegak berdiri hingga kini, menjadi bukti betapa kokohnya bangunan-bangunan itu, baik secara fisik maupun simbolis.

Hal ini menunjukkan bahwa salah satu tanda kemajuan suatu peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan untuk menghasilkan solusi inovatif—seperti pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan berkelanjutan, yang manfaatnya dapat dinikmati oleh banyak generasi.

Ironisnya, di era modern yang katanya lebih maju, kita justru menyaksikan fenomena yang berbanding terbalik. Jalanan berlubang di mana-mana, fasilitas umum yang dibangun dengan anggaran fantastis namun tak mampu bertahan lama. Ini memunculkan pertanyaan kritis: benarkah kita lebih maju sekarang, atau justru peradaban yang kita anggap kuno itu yang sejatinya lebih unggul?

Para ahli sepakat bahwa salah satu fondasi utama dalam membangun peradaban adalah etika—terutama rasa malu. Malu ketika lingkungan sekitar dalam kondisi buruk. Memang, standar moral setiap orang bisa berbeda, tetapi manusia pada dasarnya cenderung mencari keseimbangan antara logika, etika, dan estetika.

Karena itu, pembangunan seharusnya berlandaskan pada asas manfaat yang luas. Bukan sekadar memenuhi kepentingan pribadi atau golongan, apalagi hanya demi kepentingan administratif yang mengabaikan substansi. Pembangunan sejati adalah yang membawa kebaikan nyata bagi banyak orang, melintasi waktu dan generasi.

Arman Hala : ketua HmI Cabang. Buol

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *